Rabu, 15 Oktober 2014

KEPERAWATAN MATERNITAS SOLUSIO PLASENTA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

1.2    Rumusan Masalah
a      Bagaimana pengertian dari solusio plasenta?
b      Bagaimana proses terjadinya masalah solusio plasenta?
c      Bagaimana masalah keperawatan yang bisa ditemukan pada klien dengan solusio plasenta?
1.3    Tujuan
Ø Tujuan Umum
Agar setiap mahasiswa mampu memahami, memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah solusio plasenta.
Ø Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Melakukan pengkajian pada klien dengan solusio plasenta.
b.      Merumuskan diagnosa untuk klien dengan solusio plasenta.
c.       Membuat perencanaan untuk klien dengan solusio plasenta.
d.      Melakukan implementasi pada klien dengan solusio plasenta.
e.       Membuat evaluasi pada klien dengan solusio plasenta.
1.4    Manfaat
Manfaat dari makalah yang kami buat ini adalah agar mahasiswa lebih mengetahui dan mengerti bagaimana proses terjadinya solusio plasenta. Selain itu juga agar mahasiswa  mampu memahami, memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan klien perilaku kekerasan.











BAB II
KONSEP TEORI
2.1    Definisi
Solutio Plasenta atau abruption placentae, nama lain accidental haemorrhage atau premature separation of the normally implanted placenta (FK Unpad.1981).
Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. (FK Unpad.1981)
Solutio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.(Prawirohardjo.2011)
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri sebelum janin lahir.Biasanya terjadi pada trimester III,walaupun dapat pula terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.(Marmi,dkk.2011)
Abruptio Plasenta merupakan pelepasan premature plasenta yang terimplantasi normal yang terjadi sebelum pelahiran bayi. Abrupsio Placenta sering terjadi bervariasi dari sebagian kecil area plasenta yang terlepas hingga seluruh bagian plasenta terlepas.(Morgan,Geri dkk.2009)
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasneta dari tempat implantasinya yang normal dari uterus,sebelum janin di lahirkan(masa gestasi di atas 22minggu, berat janin di atas 500 gram).Proses Solusio plasenta di mulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter(Saefuddin AB,2006).
2.2    Klasifikasi Solusio Plasenta
1.                  Solusio plasenta ringan
a.    Perdarahan kurang dari 100-200 cc
b.    Uterus tidak tegang
c.    Tidak ada renjatan
d.   Bunyi jantung janin teratur
e.    Uji beku darah:baik,kadar fibrinogen darah >250 mg%
f.     Pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan
2.                  Solusio plasenta sedang
a.    Perdarahan > 200 cc, di sertai dengan rasa sakit
b.    Uterus tegang
c.    Gerak janin berkurang atau janin telah mati
d.   Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
e.    Ada tanda pre syok
f.     Uji beku darah:masih ada pembekuan,kadar fibrinogen darah 120-150 mg%
g.    Pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan
h.    Pada pemeriksaan dalam,ketuban menonjol
3.                  Solusio plasenta berat
a.    Perdarahan sangat banyak di sertai rasa nyeri
b.    Uterus sangat tegang
c.    Terdapat tanda renjatan
d.   Biasanya janin telah meninggal
e.    Uji beku darah:tidak ada pembekuan,kadar fibrinogen darah<100 mg%
f.     Pelepasan plasenta <2/3 bagian permukaan,atau telah lepas seluruhnya.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.3    Etiologi
Menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton,etiologi solution plasenta di antaranya:
a.    Lebih sering terjadi pada multipara
b.    Lebih sering terjadi pada wanita di atas 35 tahun
c.    Lebih sering terjadi bila terdapat hipertensi
d.   Trauma pada abdomen bisa menjadi etiologi
-   Pukulan langsung pada uterus
-   Versi eksternal yang kuat
-   Pungsi jarum saat amniosentesis
e.    Penurunan cepat ukuran dan tekanan uterus setelah ketuban pecah pada polihidramnion
f.     Malnutrisi
g.    Tali pusat pendek
h.    Merokok
2.4    Manifestasi Klinis
a      Nyeri abdomen atau sakit pada perut bagian atas dan mules yang terus menerus,karena uterus berkontraksi dan tegang
b      Terjadi perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman(menunjukkan perdarahan sudah terjadi dalam kurun waktu yang lama),tetapi bisa saja perdarahan tidak tampak karena darah tidak keluar melalui osteum,tetapi menumpuk di retroplasenta.
c      Uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar
d     Keadaan umum ibu tampak pucat,sesak nafas,anemia,kadang-kadang sampai syok
e      Dapat di sertai kegawatan pada janin bahkan sampai kematian janin.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.5    Komplikasi
Komplikasi tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solutio plasenta berlangsung.Komplikasi tersebut bisa berdampak pada ibu maupun janin.
1.    Komplikasi pada ibu
a.    Perdarahan,yang dapat menimbulkan penurunan tekanan darah,anemia,syok,perubahan kesadaran dari baik sampai koma.
b.    Gangguan pembekuan darah
c.    Oliguria
d.   Perdarahan pasca partum
2.    Komplikasi pada janin
a.    Asfiksia ringan sampai berat
b.    Berat badan lahir rendah
c.    Infeksi
d.   Sindrom gagal nafas
e.    Kematian janin dalam Rahim
(Hutahaean,Serri.2009)
2.6    Patofisiologi
Sesungguhnya solution plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili – vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan.Oleh karena itu,patofisiologinya bergantung pada etiologi.Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua.
Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.Dengan demikian,pada tingkat permulaan sekali pada proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas,kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan.Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta di sebabkan oleh tipisnya arteria spiralis dalam desidua.Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas /banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui servik ke vagina ( revealed hemorrhage).Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.Walaupun jarang,terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (Concealled Hemorrhage).
(Prawirohardjo,Sarwono.2011) 
2.7    WOC
WOC terlampir (lampiran 1).
2.8    Penatalaksanaan
Tujuan:
a.    Mencegah kematian ibu dan janin
b.    Menghentikan sumber perdarahan
c.    Mempertahankan dan mengusahakan jalan lahir untuk menyelamatkan janin,jika janin masih hidup.
Prinsip utama:
a.    Pasien yang di rawat di rumah sakit di anjurkan tirah baring dan perlu memantau keseimbangan cairan
b.    Optimalisasi keadaan umum ibu,dengan memberikan infus, dan tranfusi darah segar kalau perlu (sesuai indikasi)
c.    Berikan analgesic (jika di perlukan)
d.   Terminasi kehamilan : persalinan segera untuk menyelamatkan nyawa janin (menghentikan perdarahan)
e.    Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT > 30menit),berikan darah segar dengan fibrinogen bila di perlukan(monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin)
f.     Pecahkan selaput ketuban untuk mengurangi tekanan intrauterin (bila di perlukan).
(Hutahaean,Serri.2009)
2.9    Pemeriksaan Penunjang
1.    Ultrasonografi (USG), untuk menilai letak plasenta,usia kehamilan dan keadaan janin
2.    Kardiotokografi (KTG), untuk menilai kesejahteraan janin
3.    Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin,Hematokrit,Trombosit,waktu pembekuan darah,kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.10 Faktor Predisposisi
1.    Trauma abdomen
2.    Hipertensi
3.    Pre eklamsia-eklamsia
4.    Tulang pusat pendek
5.    Tekanan venakawa interior
6.    Trauma tindakan
-   Versi luar
-   Memcahkan ketuban
-   Pada anak kedua hamil ganda
(Ida bagus.2001)





BAB III
KONSEP ASKEP

3.1    Pengkajian.
Prioritas pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut.
  1. Jumlah dan sifat perdarahan (waktu sarangan, perkiraan kehilangan darah sebelum datang ke rumah sakit dan keterangan tentang jaringan yang terlepas). Wanita hamil harus diajarkan untuk menyimpan linen jika berada di rumah, sehingga kehilangan darah dapat di deteksi secara akurat.
  2. Sakit
a.       Jenisnya : menetap, intermiten, tajam, tumpul, keras
b.      Serangannya : berangsur-angsur, mendadak
c.       Lokasinya : menyeluruh pada abdomen, local
  1. Uterus
Apakah uterus terasa lembut dengan palpasi yang lembut
  1. Tanda-tanda vital ibu hamil apakah dalam rentang normal atau terjadi hipotensi, takikardi, atau keduannya. Hipertensi mungkin dapat terjadi pada awal abrupsio plasenta. Pemantauan kondisi janin secara elektrolit dapat menentukan denyut jantung janin, adanya percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus.
  2. Kontraksi uterus: penggunaan monitor eksterna dalam mennetukan frekuensi dan lamanya kontraksi. Tekanan intrauterus dapat mengidentifikasi kontraksi hipertonik dan meningkatkan hubungan irama istarahat dengan abrupsio plasenta. Palpasi dapat mengidentifakasi apakah uterus mengalami relaksasi antara kontraksinya atau tidak.
  3. Riwayat kehamilan(gravida, parah, riwayat aborsi, dan melahirkan bayi prematur)
  4. Lamanya usia kehamilan (HPHT, tinggi fundus, hubungan tinggi fundus dengan usia kehamilan) jika terjadi pendarahan ke dalam myometrium, fundus akan membesar sesuai dengan pendarahan. Perawat mengobservasi dan melaporkan ukuran tinggi fundus yang akan menunjukan bahwa perdarahan ke dalam otot uterus sedang terjadi.
  5. Data laboratorium (Hemoglobin, Hematocrit, golongan darah, pembekuan darah). Data Laboratorium diperoleh untuk mempersiapkan transfuse darah yang diperlukan.
(Mitayani,2012)
Ø Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu badan. Adakah tanda-tanda yang menunjukan adanya renjatan (keadaan syok) seperti penurunan kesadaran, tekanan darah yang rendah, nadi yang cepat serta keringat dan ujung-ujung anggota gerak yang dingin akibat perdarahan?
Pemeriksaan obstetric
1.      Tentukan besar uterus apakah sesuai dengan usia kehamilan
2.      Tentukan Rahim lemas atau keras (tegang)
3.      Tentukan adanya his dan bagaimana kondisi his
4.      Periksa kondisi janin; jumlanya, letaknya, presentasinya dan sudah masuk pintu atas panggul atau belum, taksiran beratnya, janin hidup, gawat atau mati
5.      Lihat daerah vulva (di luar vagina), apakah ada perdarahan? Bagaimana warnanya?
Dilarang melakukan pemeriksaan pervaginam (periksa dalam)
Ø  Pemeriksan Fisik
a      Inspeksi
-   Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan
-   Pucat,sianosis,keringat dingin
-   Kelihatan darah pervaginam
b      Palpasi
-   Fundus uteri tambah naik  karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
-   Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar his
-   Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas
-   Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
c      Perkusi
d     Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
Ø  Pemeriksaan Dalam
a         Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b        Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di luar his.
c         Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa.
Ø  Pemeriksaan Umum
Tensi semula  mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
Nadi cepat,kecil,filiformis
Ø  Pemeriksaan laboratorium
a.Urin
Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
b. Darah
Hb menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).
Ø  Pemeriksaan Plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.

3.2  Diagnosa Keperawatan
Menurut Mitayani,2012 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul di antaranya:
1.    Penurunan cardiac output b.d perdarahan dalam jumlah berlebih.
2.    Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya,kesehatan janin.
3.    Harga diri rendah situasional b.d ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan pada keluarga.
4.    Kekurangan volume cairan b.d perdarahan yang berlebihan akibat implantasi plasenta yang abnormal,risiko pemisahan dengan dilatasi serviks.
5.    Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemi
6.    Risiko infeksi b.d perdarahan,plasenta previa
7.    Kurang pengetahuan b.d regimen pengobatan
.
3.3  Intervensi Keperawatan
1.      Penurunan cardiac output b.d perdarahan dalam jumlah berlebih.
Tujuan             : Penurunan cardiac output tidak terjadi/teratasi
Kriteria hasil    : volume darah intravascular dan cardiac output dapat di perbaiki sampai nadi,TD,nilai hemodinamik,serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal.
Intervensi
Rasional
Nilai dan catat TTV,TD,LOC,CVP,Perfusi jaringan,intake dan output,serta jumlah perdarahan.
Pengkajian yang akurat mengenai status hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan,intervensi dan evaluasi.
Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi tranfusi darah sesuai kebutuhan
Memperbaiki volume vascular,membutuhkan terapi IV dan intervensi farmakologi.
Kehilangan volume darah harus di perbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi,gangguan janin,dan gangguan fital ibu hamil.

2.      Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya,kesehatan janin.
Tujuan             : Ansietas dapat berkurang
Kriteria hasil    : Pasangan dapat mengungkapkan harapannya dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah di rencanakan,sehingga dapat mengurangi kecemasan pasangan.
Intervensi
Rasional
terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan.”Saya tahu bahwa ini tidak di harapkan dan seharusnya anda memiliki banyak pertanyaan,mungkin saya bisa menjawab beberapa di antaranya.
Kehaddiran perawat dan pemahaman secara empat merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan untuk menanggulangi situasi yang tidak di harapkan.
Menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan manajemen yang sudah di rencanakan: Beritahukan kepada saya tentang apa yang anda harapkan.
Hal yang di berikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan tambahan yang penting.
berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah di rencanakan.
Pendidikan pasien yang di berikan merupakan cara yang efektif untuk mencegah dan menurunkan rasa cemas.Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan hal-hal yang tidak di ketahui.

3.      Harga diri rendah situasional b.d ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan pada keluarga.
Tujuan             :Agar harga diri ibu meningkat
Kriteria hasil    :Mengenal aspek positif dari diri sendiri selama perawatan selama di rumah sakit.Mengenal cara pemberian kenyamanan dan kasih saying kepada anaknya selama tinggal di rumah sakit.
Intervensi
Rasional
Anjurkan ibu untuk mengungkapan perhatian tentang kebutuhan selama di rumah sakit.Setelah mengungkapkan perasaan anjurkan memeriksa kebutuhan selama di rumah sakit dan konsekuensinya:ia akan memberikan waktu bagi janin untuk menjadi matur.
Perhatian secara umum mungkin tidak akan terindentifikasi atau mungkin akan menjadi kesalah pahaman.Ini akan mengidentifikasi aspek positif dari situasi yang merupakan tugas yang penting baginya.
Bantu untuk melibatkan saudara ibu dalam merencanakan kelahiran.Mungkin dia mendapatkan manfaat dari kelas sibling atau waktu bermain dengan ibunyayang terlibat dalam perawatan bagi kelahiran.
Ini akan memberikan tujuan untuk menggabungkan interaksi keluarga yang akan meningkatkan harga diri.

4.      Kekurangan volume cairan b.d perdarahan yang berlebihan akibat implantasi plasenta yang abnormal,risiko pemisahan dengan dilatasi serviks.
Tujuan             : terjadi keseimbangan cairan
Kriteria hasil    : Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
Intervensi
Evaluasi
Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.

Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.

Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon
Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.
Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

5.      Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemi
Tujuan             : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil    : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).
Intervensi
Rasional
Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.

Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas
Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.

Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
Berikan suplemen oksigen pada klien
Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
Ganti kehilangan darah/cairan ibu.

Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.

Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.

6.      Risiko infeksi b.d perdarahan,plasenta previa
Tujuan             : infeksi dapat dicegah
Kriteria hasil    : Suhu badan tidak naik dan tidak di temukan tanda-tanda infeksi lainnya
Intervensi
Rasional
Observasi perdarahan
§  

Observasi TTV terutama suhu
§ 
Tanda – tanda vital menunjukkan perubahan dari dalam tubuh.
Suhu yang naik bisa mengidentifikassi adanya infeksi
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
§  
Mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi pemberian obat antibiotik

antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi

7.      Kurang pengetahuan b.d regimen pengobatan
Tujuan             : Pasien mengetahui tentang penyakit yang di deritanya dan pengobatannya
Kriteria hasil    : 1. Pasien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit
2. Pasien mampu mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa          cemas
Intervensi
Rasional
 Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
1
Mengetahui tingkat pengetahuan klien
  Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien

Menambah tingkat pengetahuan klien
Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

Klien dapat mengetahui bagaimana cara mengobati penyakitnya
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk  mencegah komplikasi
Klien dapat mencegah keparahan penyakit
Menanyakan kembali tentang penyakit dan pengobatannya
Mereview

BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Dengan gejala – gejala yang muncul di antaranya:
a         Nyeri abdomen
b        Terjadi perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman
c         Uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar
d        Keadaan umum ibu tampak pucat,sesak nafas,anemia,kadang-kadang sampai syok
e         Dapat di sertai kegawatan pada janin bahkan sampai kematian janin.
4.2    Saran