BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Plasenta atau ari-ari ini
merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk embrio yang
ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16
minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang
dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis,
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan,
plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung
jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang
produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada
tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Solusio plasenta atau
disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih
dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh
darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio
plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada
kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada
/ tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan
jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati
dan ibu berada dalam keadaan syok.
1.2
Rumusan
Masalah
a
Bagaimana pengertian dari solusio
plasenta?
b
Bagaimana proses terjadinya masalah solusio
plasenta?
c
Bagaimana masalah keperawatan yang bisa ditemukan pada
klien dengan solusio plasenta?
1.3
Tujuan
Ø Tujuan Umum
Agar
setiap mahasiswa mampu memahami, memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah solusio plasenta.
Ø Tujuan Khusus
Setelah
menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan
pengkajian pada klien dengan solusio plasenta.
b. Merumuskan
diagnosa untuk klien dengan solusio plasenta.
c. Membuat
perencanaan untuk klien dengan solusio plasenta.
d. Melakukan
implementasi pada klien dengan solusio plasenta.
e. Membuat
evaluasi pada klien dengan solusio plasenta.
1.4
Manfaat
Manfaat dari makalah yang kami buat ini adalah agar
mahasiswa lebih mengetahui dan mengerti bagaimana proses terjadinya solusio
plasenta. Selain itu juga agar mahasiswa
mampu memahami, memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan
klien perilaku kekerasan.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1
Definisi
Solutio
Plasenta atau abruption placentae, nama lain accidental haemorrhage atau
premature separation of the normally implanted placenta (FK Unpad.1981).
Solutio
Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. (FK Unpad.1981)
Solutio
Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum anak lahir.(Prawirohardjo.2011)
Solutio
Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri
sebelum janin lahir.Biasanya terjadi pada trimester III,walaupun dapat pula
terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.(Marmi,dkk.2011)
Abruptio
Plasenta merupakan pelepasan premature plasenta yang terimplantasi normal yang
terjadi sebelum pelahiran bayi. Abrupsio Placenta sering terjadi bervariasi
dari sebagian kecil area plasenta yang terlepas hingga seluruh bagian plasenta
terlepas.(Morgan,Geri dkk.2009)
Solusio
Plasenta adalah terlepasnya plasneta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin di lahirkan(masa gestasi di atas 22minggu, berat janin di
atas 500 gram).Proses Solusio plasenta di mulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter(Saefuddin
AB,2006).
2.2
Klasifikasi
Solusio Plasenta
1.
Solusio plasenta ringan
a. Perdarahan
kurang dari 100-200 cc
b. Uterus
tidak tegang
c. Tidak
ada renjatan
d. Bunyi
jantung janin teratur
e. Uji
beku darah:baik,kadar fibrinogen darah >250 mg%
f. Pelepasan
plasenta <1/6 bagian permukaan
2.
Solusio plasenta sedang
a. Perdarahan
> 200 cc, di sertai dengan rasa sakit
b. Uterus
tegang
c. Gerak
janin berkurang atau janin telah mati
d. Auskultasi
jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
e. Ada
tanda pre syok
f. Uji
beku darah:masih ada pembekuan,kadar fibrinogen darah 120-150 mg%
g. Pelepasan
plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan
h. Pada
pemeriksaan dalam,ketuban menonjol
3.
Solusio plasenta berat
a. Perdarahan
sangat banyak di sertai rasa nyeri
b. Uterus
sangat tegang
c. Terdapat
tanda renjatan
d. Biasanya
janin telah meninggal
e. Uji
beku darah:tidak ada pembekuan,kadar fibrinogen darah<100 mg%
f. Pelepasan
plasenta <2/3 bagian permukaan,atau telah lepas seluruhnya.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.3
Etiologi
Menurut
Geri Morgan dan Carole Hamilton,etiologi solution plasenta di antaranya:
a. Lebih
sering terjadi pada multipara
b. Lebih
sering terjadi pada wanita di atas 35 tahun
c. Lebih
sering terjadi bila terdapat hipertensi
d. Trauma
pada abdomen bisa menjadi etiologi
-
Pukulan langsung pada uterus
-
Versi eksternal yang kuat
-
Pungsi jarum saat amniosentesis
e. Penurunan
cepat ukuran dan tekanan uterus setelah ketuban pecah pada polihidramnion
f. Malnutrisi
g. Tali
pusat pendek
h. Merokok
2.4
Manifestasi
Klinis
a Nyeri
abdomen atau sakit pada perut bagian atas dan mules yang terus menerus,karena
uterus berkontraksi dan tegang
b Terjadi
perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman(menunjukkan perdarahan sudah
terjadi dalam kurun waktu yang lama),tetapi bisa saja perdarahan tidak tampak
karena darah tidak keluar melalui osteum,tetapi menumpuk di retroplasenta.
c Uterus
tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar
d Keadaan
umum ibu tampak pucat,sesak nafas,anemia,kadang-kadang sampai syok
e Dapat
di sertai kegawatan pada janin bahkan sampai kematian janin.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.5
Komplikasi
Komplikasi
tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solutio plasenta
berlangsung.Komplikasi tersebut bisa berdampak pada ibu maupun janin.
1. Komplikasi
pada ibu
a. Perdarahan,yang
dapat menimbulkan penurunan tekanan darah,anemia,syok,perubahan kesadaran dari
baik sampai koma.
b. Gangguan
pembekuan darah
c. Oliguria
d. Perdarahan
pasca partum
2. Komplikasi
pada janin
a. Asfiksia
ringan sampai berat
b. Berat
badan lahir rendah
c. Infeksi
d. Sindrom
gagal nafas
e. Kematian
janin dalam Rahim
(Hutahaean,Serri.2009)
2.6
Patofisiologi
Sesungguhnya
solution plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili – vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan.Oleh karena
itu,patofisiologinya bergantung pada etiologi.Pada trauma abdomen etiologinya
jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua.
Perdarahan
tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang
tetap melekat pada miometrium.Dengan demikian,pada tingkat permulaan sekali
pada proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan
yang lebih luas,kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang
berdekatan.Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir.Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom
retroplasenta di sebabkan oleh tipisnya arteria spiralis dalam desidua.Hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi
maternal/plasenta ke sirkulasi janin.Hematoma yang terbentuk dengan cepat
meluas dan melepaskan plasenta lebih luas /banyak sampai ke pinggirnya sehingga
darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk
selanjutnya keluar melalui servik ke vagina ( revealed hemorrhage).Perdarahan
tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi
untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.Walaupun jarang,terdapat
perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (Concealled Hemorrhage).
(Prawirohardjo,Sarwono.2011)
2.7
WOC
WOC
terlampir (lampiran 1).
2.8
Penatalaksanaan
Tujuan:
a. Mencegah
kematian ibu dan janin
b. Menghentikan
sumber perdarahan
c. Mempertahankan
dan mengusahakan jalan lahir untuk menyelamatkan janin,jika janin masih hidup.
Prinsip
utama:
a. Pasien
yang di rawat di rumah sakit di anjurkan tirah baring dan perlu memantau
keseimbangan cairan
b. Optimalisasi
keadaan umum ibu,dengan memberikan infus, dan tranfusi darah segar kalau perlu
(sesuai indikasi)
c. Berikan
analgesic (jika di perlukan)
d. Terminasi
kehamilan : persalinan segera untuk menyelamatkan nyawa janin (menghentikan
perdarahan)
e. Bila
terjadi gangguan pembekuan darah (COT > 30menit),berikan darah segar dengan
fibrinogen bila di perlukan(monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin)
f. Pecahkan
selaput ketuban untuk mengurangi tekanan intrauterin (bila di perlukan).
(Hutahaean,Serri.2009)
2.9
Pemeriksaan
Penunjang
1. Ultrasonografi
(USG), untuk menilai letak plasenta,usia kehamilan dan keadaan janin
2. Kardiotokografi
(KTG), untuk menilai kesejahteraan janin
3. Pemeriksaan
laboratorium : Hemoglobin,Hematokrit,Trombosit,waktu pembekuan darah,kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
(Hutahaean,Serri.2009)
2.10
Faktor Predisposisi
1. Trauma
abdomen
2. Hipertensi
3. Pre
eklamsia-eklamsia
4. Tulang
pusat pendek
5. Tekanan
venakawa interior
6. Trauma
tindakan
-
Versi luar
-
Memcahkan ketuban
-
Pada anak kedua hamil ganda
(Ida
bagus.2001)
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1
Pengkajian.
Prioritas
pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut.
- Jumlah dan sifat perdarahan (waktu sarangan, perkiraan kehilangan darah sebelum datang ke rumah sakit dan keterangan tentang jaringan yang terlepas). Wanita hamil harus diajarkan untuk menyimpan linen jika berada di rumah, sehingga kehilangan darah dapat di deteksi secara akurat.
- Sakit
a. Jenisnya
: menetap, intermiten, tajam, tumpul, keras
b. Serangannya
: berangsur-angsur, mendadak
c. Lokasinya
: menyeluruh pada abdomen, local
- Uterus
Apakah
uterus terasa lembut dengan palpasi yang lembut
- Tanda-tanda vital ibu hamil apakah dalam rentang normal atau terjadi hipotensi, takikardi, atau keduannya. Hipertensi mungkin dapat terjadi pada awal abrupsio plasenta. Pemantauan kondisi janin secara elektrolit dapat menentukan denyut jantung janin, adanya percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus.
- Kontraksi uterus: penggunaan monitor eksterna dalam mennetukan frekuensi dan lamanya kontraksi. Tekanan intrauterus dapat mengidentifikasi kontraksi hipertonik dan meningkatkan hubungan irama istarahat dengan abrupsio plasenta. Palpasi dapat mengidentifakasi apakah uterus mengalami relaksasi antara kontraksinya atau tidak.
- Riwayat kehamilan(gravida, parah, riwayat aborsi, dan melahirkan bayi prematur)
- Lamanya usia kehamilan (HPHT, tinggi fundus, hubungan tinggi fundus dengan usia kehamilan) jika terjadi pendarahan ke dalam myometrium, fundus akan membesar sesuai dengan pendarahan. Perawat mengobservasi dan melaporkan ukuran tinggi fundus yang akan menunjukan bahwa perdarahan ke dalam otot uterus sedang terjadi.
- Data laboratorium (Hemoglobin, Hematocrit, golongan darah, pembekuan darah). Data Laboratorium diperoleh untuk mempersiapkan transfuse darah yang diperlukan.
(Mitayani,2012)
Ø Pemeriksaan
Fisik
Periksa
tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu badan. Adakah tanda-tanda yang menunjukan adanya renjatan (keadaan syok)
seperti penurunan kesadaran, tekanan darah yang rendah, nadi yang cepat serta
keringat dan ujung-ujung anggota gerak yang dingin akibat perdarahan?
Pemeriksaan
obstetric
1. Tentukan
besar uterus apakah sesuai dengan usia kehamilan
2. Tentukan
Rahim lemas atau keras (tegang)
3. Tentukan
adanya his dan bagaimana kondisi his
4. Periksa
kondisi janin; jumlanya, letaknya, presentasinya dan sudah masuk pintu atas
panggul atau belum, taksiran beratnya, janin hidup, gawat atau mati
5. Lihat
daerah vulva (di luar vagina), apakah ada perdarahan? Bagaimana warnanya?
Dilarang melakukan
pemeriksaan pervaginam (periksa dalam)
Ø Pemeriksan
Fisik
a Inspeksi
-
Pasien gelisah,sering mengerang karena
kesakitan
-
Pucat,sianosis,keringat dingin
-
Kelihatan darah pervaginam
b Palpasi
-
Fundus uteri tambah naik karena
terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
-
Uterus teraba tegang dank eras seperti
papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar
his
-
Nyeri tekan terutama di tempat plasenta
tadi terlepas
-
Bagian –bagian janin susah di
kenali,Karena perut (uterus) tegang
c Perkusi
d Auskultasi
Sulit
karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas
140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari sepertiga.
Ø Pemeriksaan
Dalam
a Serfiks
bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b Kalo
sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his
atau di luar his.
c Kalo
ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini
sering di kacaukan dengan plasenta previa.
Ø Pemeriksaan
Umum
Tensi
semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
Nadi
cepat,kecil,filiformis
Ø Pemeriksaan
laboratorium
a.Urin
Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen
terdapat silinder dan lekosit
b.
Darah
Hb
menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match test.Karena
pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1
jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 150 mg %).
Ø Pemeriksaan
Plasenta
Sesudah
bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah
beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut
Mitayani,2012 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul di antaranya:
1. Penurunan
cardiac output b.d perdarahan dalam jumlah berlebih.
2. Ansietas
b.d kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya,kesehatan
janin.
3. Harga
diri rendah situasional b.d ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan
pada keluarga.
4. Kekurangan
volume cairan b.d perdarahan yang berlebihan akibat implantasi plasenta yang
abnormal,risiko pemisahan dengan dilatasi serviks.
5. Perubahan
perfusi jaringan b.d hipovolemi
6. Risiko
infeksi b.d perdarahan,plasenta previa
7. Kurang
pengetahuan b.d regimen pengobatan
.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Penurunan
cardiac output b.d perdarahan dalam jumlah berlebih.
Tujuan :
Penurunan cardiac output tidak terjadi/teratasi
Kriteria hasil : volume darah intravascular dan cardiac
output dapat di perbaiki sampai nadi,TD,nilai hemodinamik,serta nilai
laboratorium menunjukkan tanda normal.
Intervensi
|
Rasional
|
Nilai dan catat TTV,TD,LOC,CVP,Perfusi
jaringan,intake dan output,serta jumlah perdarahan.
|
Pengkajian yang akurat mengenai status
hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan,intervensi dan evaluasi.
|
Bantu pemberian pelayanan kesehatan
atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi tranfusi darah sesuai
kebutuhan
|
Memperbaiki volume
vascular,membutuhkan terapi IV dan intervensi farmakologi.
Kehilangan volume darah harus di
perbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi,gangguan janin,dan
gangguan fital ibu hamil.
|
2. Ansietas
b.d kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya,kesehatan
janin.
Tujuan :
Ansietas dapat berkurang
Kriteria hasil : Pasangan dapat mengungkapkan harapannya
dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah di rencanakan,sehingga dapat
mengurangi kecemasan pasangan.
Intervensi
|
Rasional
|
terapi bersama pasangan dan menyatakan
perasaan.”Saya tahu bahwa ini tidak di harapkan dan seharusnya anda memiliki
banyak pertanyaan,mungkin saya bisa menjawab beberapa di antaranya.
|
Kehaddiran perawat dan pemahaman
secara empat merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan untuk
menanggulangi situasi yang tidak di harapkan.
|
Menentukan tingkat pemahaman pasangan
tentang situasi dan manajemen yang sudah di rencanakan: Beritahukan kepada
saya tentang apa yang anda harapkan.
|
Hal yang di berikan perawat akan
memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan
tambahan yang penting.
|
berikan pasangan informasi tentang
manajemen yang sudah di rencanakan.
|
Pendidikan pasien yang di berikan
merupakan cara yang efektif untuk mencegah dan menurunkan rasa
cemas.Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan hal-hal yang tidak di
ketahui.
|
3. Harga
diri rendah situasional b.d ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan
pada keluarga.
Tujuan :Agar
harga diri ibu meningkat
Kriteria hasil :Mengenal aspek positif dari diri sendiri
selama perawatan selama di rumah sakit.Mengenal cara pemberian kenyamanan dan
kasih saying kepada anaknya selama tinggal di rumah sakit.
Intervensi
|
Rasional
|
Anjurkan ibu untuk mengungkapan
perhatian tentang kebutuhan selama di rumah sakit.Setelah mengungkapkan
perasaan anjurkan memeriksa kebutuhan selama di rumah sakit dan
konsekuensinya:ia akan memberikan waktu bagi janin untuk menjadi matur.
|
Perhatian secara umum mungkin tidak
akan terindentifikasi atau mungkin akan menjadi kesalah pahaman.Ini akan
mengidentifikasi aspek positif dari situasi yang merupakan tugas yang penting
baginya.
|
Bantu untuk melibatkan saudara ibu
dalam merencanakan kelahiran.Mungkin dia mendapatkan manfaat dari kelas
sibling atau waktu bermain dengan ibunyayang terlibat dalam perawatan bagi
kelahiran.
|
Ini akan memberikan tujuan untuk
menggabungkan interaksi keluarga yang akan meningkatkan harga diri.
|
4. Kekurangan
volume cairan b.d perdarahan yang berlebihan akibat implantasi plasenta yang
abnormal,risiko pemisahan dengan dilatasi serviks.
Tujuan :
terjadi keseimbangan cairan
Kriteria
hasil : Mendemostrasikan kestabilan /
perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil,
pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin
adekuat secara individual.
Intervensi
|
Evaluasi
|
Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah
kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
|
Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa,
Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml
darah.
|
Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari
Valsalva manover dan koitus.
|
Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas.
Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas
uterus) dapat meransang perdarahan
|
Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul
ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.
|
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak;
peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler
memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon
|
Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar
kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila
ada
|
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun
sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut
dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
|
Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
|
Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta
previa marginal atau total terjadi.
|
Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah
lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
|
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi
gejala-gejala syok.
|
Siapkan untuk kelahiran sesaria.
|
Hemoragi berhenti
bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
|
5. Perubahan
perfusi jaringan b.d hipovolemi
Tujuan :
Perfusi jaringan adekuat
Kriteria
hasil : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan
aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).
Intervensi
|
Rasional
|
Perhatikan status
fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
|
Kejadian perdarahan
potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau
hipoksia uteroplasenta.
|
Auskultasi dan
laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada
aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas
|
Mengkaji berlanjutnya
hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen
dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia
dan penurunan aktivitas terjadi.
|
Anjurkan tirah baring
pada posisi miring kiri.
|
Menghilangkan tekanan
pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan
pertukaran oksigen.
|
Berikan suplemen
oksigen pada klien
|
Meningkatkan
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
|
Ganti kehilangan
darah/cairan ibu.
|
Mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
|
Siapkan klien untuk
intervensi bedah dengan tepat.
|
Pembedahan perlu bila
terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan ,
terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.
|
6. Risiko
infeksi b.d perdarahan,plasenta previa
Tujuan :
infeksi dapat dicegah
Kriteria
hasil : Suhu badan tidak naik dan tidak
di temukan tanda-tanda infeksi lainnya
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi perdarahan
§
|
|
Observasi TTV terutama suhu
§
|
Tanda – tanda vital
menunjukkan perubahan dari dalam tubuh.
Suhu yang naik bisa
mengidentifikassi adanya infeksi
|
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
§
|
Mencegah terjadinya
infeksi
|
Kolaborasi pemberian obat antibiotik
|
antibiotik dapat
mencegah terjadinya infeksi
|
7. Kurang
pengetahuan b.d regimen pengobatan
Tujuan : Pasien mengetahui tentang
penyakit yang di deritanya dan pengobatannya
Kriteria hasil : 1. Pasien mampu menjelaskan
kembali tentang penyakit
2. Pasien
mampu mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
1
|
Mengetahui tingkat
pengetahuan klien
|
Jelaskan
tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan
penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien
|
Menambah tingkat
pengetahuan klien
|
Jelaskan tentang program pengobatan dan
alternatif pengobantan
|
Klien dapat
mengetahui bagaimana cara mengobati penyakitnya
|
Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi
|
Klien dapat mencegah
keparahan penyakit
|
Menanyakan kembali tentang penyakit dan
pengobatannya
|
Mereview
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan
masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Dengan gejala – gejala yang muncul di antaranya:
a
Nyeri abdomen
b
Terjadi perdarahan pervaginam yang
berwarna kehitaman
c
Uterus tegang dan bagian janin sukar
teraba dari luar
d
Keadaan umum ibu tampak pucat,sesak
nafas,anemia,kadang-kadang sampai syok
e
Dapat di sertai kegawatan pada janin
bahkan sampai kematian janin.
4.2
Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar